September, 22 2023
APNIC 56 diadakan di Kyoto, Japan pada 7-14 September 2023. Terdapat lima (5) buah proposal yang lulus persyaratan untuk dibahas dalam rapat APNIC OPM (Open Policy Meeting). Dari kelima proposal tersebut, hanya satu proposal yang mencapai konsensus dan akan diajukan kepada komunitas untuk review terakhir sebelum diberikan kepada APNIC EC sebagai persetujuan akhir. Sementara itu, keempat proposal lainnya tidak berhasil mencapai konsensus, maka akan dikembalikan ke mailing-list agar didiskusikan lebih lanjut atau perlu diajukan ulang. Untuk update selengkapnya mengenai apa yang terjadi dalam OPM pada APNIC 56, mari kita lihat informasi detil dari masing-masing proposal.
Proposal-148 : Leasing of Resources is Unacceptable
Judul proposal sudah diperbaharui dari versi sebelumnya berdasarkan masukan dari komunitas, sehingga menjadi “Leasing of Resources is not Acceptable Unless Justified in The Original Resource Request“. Pada rapat OPM kali ini terjadi diskusi yang panjang terutama pada definisi “Leasing” yang lebih dekat dengan konotasi bisnis. Sedangkan proposal lebih mengarah ke definisi teknis, yang membahas pengalihan fungsi alokasi yang berbeda dengan tujuan alokasi yang sebelumnya. Sebagai contoh, sebelumnya tujuan utama alokasi IP adalah untuk konektivitas, namun kemudian karena ada kebutuhan mendesak, IP tersebut digunakan sebagai salah satu sumber daya untuk mengakses suatu layanan seperti web atau e-mail dan sebagainya.
Berdasarkan hasil feedback dari komunitas pada saat OPM berlangsung, masih banyak yang menentang proposal ini, yaitu hampir lebih dari 50%, maka pemimpin rapat meminta kepada yang memberikan proposal untuk menarik proposal ini dan mendaftarkan proposal baru dengan judul serta definisi yang lebih jelas.
Proposal-153 : Propose Change to the PDP
Proposal ini bertujuan untuk merubah beberapa redaksi kalimat yang ada dalam dokumen atau halaman Policy Development Process (PDP) agar lebih jelas dan mudah dipahami. Pada OPM kali kini ada beberapa komentar yang diantaranya adalah mengenai batas waktu pendaftaran proposal baru (lima minggu sebelum OPM) yang dianggap terlalu lama, penarikan dan pendaftaran ulang proposal yang gagal dipresentasikan dianggap tidak efektif, serta perlu adanya pembatasan pihak yang bisa mendaftarkan proposal.
Berdasarkan hasil feedback komunitas selama meeting berlangsung, masih banyak yang menentang proposal ini, bahkan ada juga yang menentang dengan sangat kuat, sehingga pemimpin rapat meminta kepada yang memberikan proposal untuk memasukkannya kembali ke mailing-list dan meminta lebih banyak masukan dari para anggota.
Proposal-152 : Change the allocation from /23 into /24
Proposal bertujuan untuk merubah alokasi IPv4 yang tadinya /23 menjadi /24 pada saat ketersedian IPv4 dibawah dari 0.3 %. Pada OPM kali ini, komentar terbagi menjadi dua yaitu yang mendukung dan menolak proposal ini. Yang mendukung beranggapan bahwa proposal ini akan meningkatkan jumlah Internet user atau anggota baik secara organisasi maupun korporasi penyedia layanan karena mereka dapat memiliki sumber daya Internet mereka sendiri. Sedangkan, yang menolak disebabkan akan adanya kemungkinan perlambatan bisnis atau bisnis yang terganggu karena perubahan alokasi ini karena dianggap terlalu kecil atau ketat.
Berdasarkan hasil feedback dari komunitas pada saat meeting berlangsung, masih banyak anggota atau peserta yang menentang proposal ini, sehingga pemimpin rapat meminta kepada yang memberikan proposal untuk memasukkan ke mailing-list dan meminta lebih banyak masukan dari para anggota.
Proposal-154 : Resizing of IPV4 for IXPs
Proposal ini menyarankan perubahan ukuran standar penetapan IPv4 untuk IXP dari /23 menjadi /26, yang nantinya dapat diganti sampai dengan ukuran maksimum /22 jika IXP mengembalikan ruang alamat IPv4 yang sudah ditetapkan sebelumnya kepada mereka.
Dalam meeting ini ada beberapa komentar yang mendukung dan menolak. Yang mendukung berasumsi bahwa pengalokasian ini bisa mempercepat pertumbuhan IXP dan menghindari kemungkinan adanya masalah untuk melakukan pembangunan IXP ketika IPv4 sudah habis.
Sedangkan yang menolak karena adanya kemungkinan masalah atau usaha yang lebih kuat untuk melakukan re-numbering alamat IP ketika adanya perubahan alokasi IPv4 menjadi lebih besar pada saat ada kenaikan jumlah partner yang terkoneksi ke ISP tersebut. Selain itu, yang menolak beralasan koneksi ke IXP bisa menggunakan IP private yang tidak perlu untuk dirutekan ke Internet. Namun argumen ini sudah diperjelas oleh yang mengajukan proposal bahwa koneksi IXP meskipun tidak perlu dirutekan tapi harus merupakan IPv4 yang unik (dan pilihan yang paling bagus adalah menggunakan IPv4 yang publik). Selain itu baik /26, /23 atau bahkan /22 merupakan jumlah yang sangat besar untuk IPv4 yang saat ini sudah mulai habis, apabila hanya digunakan untuk koneksi dalam IXP saja. Selain itu ada yang meminta klarifikasi apakah aturan ini akan menghasilkan “cost saving” bagi anggota yang mau mengurangi alokasi IPv4 untuk IXP-nya menjadi lebih kecil.
Berdasarkan hasil feedback dari komunitas pada saat OPM berlangsung sudah banyak yang mendukung proposal ini namun pemimpin rapat masih menganggap belum cukup memenuhi syarat untuk mencapai konsensus dalam meeting OPM kali ini, sehingga perlu dikembalikan ke mailing-list untuk meminta komentar yang lebih banyak dari para anggota.
Proposal-155 : Assigning IPv6 for Associate Member
Proposal ini mengusulkan agar anggota dengan level “asosiasi” dari APNIC dapat mengajukan permohonan sumber daya IPv6 (tanpa perlu pengalokasian IPv4 sebelumnya) yang independen dari penyedia layanan koneksi, dengan kriteria justifikasi yang minimum, yaitu pemegang akun akan menggunakan sumber daya tersebut dalam kurun waktu 12 bulan ke depan. Kemudian pengalokasian selanjutnya akan dievaluasi oleh APNIC berdasarkan kebutuhan pemohon dan kepatuhan anggota terhadap kebijakan alokasi IPv6 APNIC saat ini. Dalam rapat ini tidak ada komentar satupun baik yang mendukung maupun menolak. Namun kembali dijelaskan oleh yang mengusulkan proposal bahwa proposal ini akan memberikan kesempatan bagi para peneliti, akademisi atau siapa saja yang ingin mencoba untuk melakukan penggelaran jaringan yang hanya berbasis IPv6 (tanpa perlu menggunakan IPv4 baik untuk infrastruktur atau prefiks pengalamatan). Yang pada akhirnya akan meningkatkan adopsi IPv6 dalam jaringan Internet saat ini.
Berdasarkan hasil feedback dari komunitas pada saat OPM ini berlangsung, proposal ini mencapai konsensus dan akan dikembalikan ke mailing-list untuk review akhir atau pembaharuan redaksional, sebelum diberikan ke APNIC EC untuk mendapatkan endorsement, hingga pada akhirnya akan diimplementasikan oleh sekretariat APNIC.
Kontributor: Aris C. Risdianto