Pada awal November 2024 yang lalu, Internet Assigned Numbers Authority (IANA) baru saja mengalokasikan IPv6 /12 yang kedua untuk APNIC. Blok alamat yang baru adalah 2410::/12, dan merupakan blok yang berdekatan dengan alokasi APNIC yang ada saat ini, yaitu 2400::/12. Alokasi ini merupakan hasil dari kali kedua APNIC mengajukan permohonan /12 ke IANA sejak tahun 2006 berdasarkan proses kebijakan alamat global. Selain itu upaya ini juga mencerminkan laju pertumbuhan IPv6 yang berkelanjutan di komunitas Asia Pasifik.
Sampai saat ini, APNIC telah mendelegasikan blok IPv6 dari kepemilikan awal APNIC yang kemudian diikuti oleh blok /12 yang pertama selama lebih dari 18 tahun. Sejak mengadopsi kerangka kerja ‘sparse allocation‘ pada tahun 2012, yang berusaha untuk menyeimbangkan ruang untuk alokasi dan konservasi alamat, APNIC telah mengelola tujuh alokasi awal berdasarkan pada blok 2000::/3 dari IANA sesuai dengan kebijakan ‘slow start’ sejak tahun 1999. Kemudian ditambah dengan blok 2400::/12 yang dipersiapkan pada tahun 2006 berdasarkan kebijakan alamat global baru yang berlaku untuk semua RIR, dimana masing-masing RIR berhak menerima /12 pada saat itu. Dengan adanya persetujuan permintaan alokasi yang besar, yaitu sebesar /17, maka APNIC tidak memiliki satupun ekstensi blok yang cukup besar untuk memenuhi permintaan ini. Oleh karena itu APNIC membuat permintaan untuk blok alamat berikutnya, sebagai alokasi berikutnya dari IANA.
Selain itu laju pendelegasian IPv6 saat ini mencerminkan kebutuhan yang berbeda dari waktu ke waktu, dimana alokasi yang stabil untuk /48 dan /32, dan alokasi yang intermiten untuk blok yang lebih banyak. Pendelegasian /17 yang memicu pendelegasian IANA untuk blok IPv6 2410::/12 merupakan pendelegasian tunggal terbesar yang pernah dilakukan oleh APNIC sampai saat ini.
Di kawasan APNIC, sebagian besar alokasi merupakan blok tunggal /32, untuk memenuhi kebutuhan perutean yang efisien. Hanya sekitar 10,62% dari pemegang IPv6 yang memerlukan alokasi berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pengalokasian alamat IPv6 secara efektif mendukung komunitas perutean tanpa membebani atau membatasi akses. Delegasi tunggal terbesar APNIC saat ini adalah permintaan blok /17 baru-baru ini, yang dialokasikan untuk Huawei sebagai peminta alamat IPv6 dari Singapura. Alokasi ini bertujuan untuk mendukung penyebaran layanan cloud dan distribusi konten secara global, yang akan menggunakan alamat sumber trafik dari blok IPv6 yang baru saja didelegasikan.
Perlu diketahui juga bahwa APNIC bukanlah pemegang ruang IPv6 terbesar di seluruh dunia. RIPE NCC memimpin dengan jumlah alokasi lebih dari 37%, dan diikuti oleh ARIN sebesar 28,5%. Sedangkan APNIC hanya memegang sebesar 28,2%, yang diikuti oleh LACNIC 3,5%, dan AFRINIC 2,3%. Gambaran ini mencerminkan kompleksitas jaringan regional, kematangan pasar, ukuran ekonomi, dan jumlah delegasi blok IP untuk setiap masing-masing regional.
Setiap permintaan blok IP ke APNIC dibuat dengan menggunakan template standar bersama IANA-RIR untuk memastikan sinkronisasi kebijakan, dalam melakukan pendelegasian blok dan pembaruan ke ip6.arpa untuk otoritas DNS PTR. Selain itu APNIC juga telah memperbarui sistem RPKI-nya untuk mendukung alokasi dan menerbitkan sertifikat prefiks IPv6 di bawah /12 yang baru.
Alokasi 2400::/12 yang sudah ada dan 2410::/12 yang baru akan diatur bersama dalam ruang pengalamatan global dan kolektif sebagai sebuah blok prefiks tunggal IPv6 2400::/11. Namun, karena tanggal instansiasi keduanya berbeda, maka keduanya dilacak secara terpisah dalam statistik pendelegasian whois, RDAP, dan NRO, baik yang mencakup alokasi, ketersediaan, dan reservasi. Setelah adanya perilisan /17 sebagai rentang blok IPv6 yang baru, maka awalan yang lebih kecil dari /17 sekarang tercantum sebagai alamat prefiks yang tersedia untuk memperhitungkan ruang yang tersisa dari blok tersebut.
APNIC juga akan terus menggunakan kebijakan pendelegasian 'sparse' yang konservatif, dengan menggunakan metode binary chop atau 'pemotongan biner' untuk memaksimalkan ruang kosong antara prefiks yang sudah dialokasikan. Pendekatan ini memastikan dalam proses delegasi, anggota dapat meminta blok yang selaras untuk kebutuhan prefiks mendatang dan meminimalkan jumlah prefiks Border Gateway Policy (BGP) yang diinginkan. Tidak seperti halnya dengan alokasi berurutan, metode pengalokasian diatas memaksimalkan ketersediaan ruang dan mendukung manajemen perutean yang efisien.
Untuk alasan logistik, APNIC juga membagi ruang alamat 2400::/12 menjadi alokasi 'kecil' dan 'besar'. Rentang delegasi kecil berada di antara /32 dan /24, sedangkan alokasi 'besar' dari /28 hingga /16, dan tentu saja di antara /28 and /24 merupakan alokasi regular. Selanjutnya delegasi akan dibuat dari rentang kecil terlebih dahulu, karena beberapa objek yang lebih besar dari /28 dalam rentang reguler dan beberapa yang lebih kecil dari /24 dalam rentang yang lebih besar, menciptakan tumpang tindih dalam preferensi dalam ukuran rentang ini. Tumpang tindih ini dimungkinkan karena adanya alokasi berikutnya dan dengan tujuan untuk memaksimalkan ruang yang tersedia di antara alokasi.
Dengan memperhatikan situasi bahwa /17 berasal dari rentang 2410::/12, maka APNIC akan mulai membuat alokasi rutin dari rentang yang baru didelegasikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Untuk informasi lebih lanjut tentang sumber daya yang dikelola oleh APNIC, lihatlah artikel ini ‘Resource ranges allocated by APNIC’
Sumber:
https://blog.apnic.net/2024/12/03/new-ipv6-address-block/